LEBAK, (B1) – Sebagai wujud kolaborasi antara Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), adakan acara Harmoni Hutan dan Kehidupan hingha berhasil menghidupkan kembali potensi Hutan Dungus Ki Haji, melalui berbagai kegiatan edukatif dan pemberdayaan masyarakat. Acara dirancang untuk memberikan wawasan, keterampilan dan manfaat langsung kepada masyarakat Kampung Nagajaya, Desa Sindangratu.
Hari Pertama: Edukasi dan Pelestarian Hutan
Pada Rabu, 4 Desember 2024, rangkaian acara dimulai di Saung Pertemuan Dungus Ki Haji dengan agenda Launching video profil Hutan Dungus Ki Haji, peluncuran buku biodiversitas seri flora, dan seminar mind-opening tentang potensi hutan tersebut. Acara yang dihadiri oleh 30 warga lokal ini juga menghadirkan sesi penanaman tanaman buah sebagai langkah awal menjaga ekosistem hutan.
Ketua GMLS, Anis Faisal Reza, menyampaikan bahwa kegiatan tidak hanya berfokus pada edukasi lingkungan tetapi juga mempersiapkan Kampung Nagajaya sebagai sister village dengan ketahanan ekonomi berbasis aset lokal.
“Hutan Dungus Ki Haji adalah anugerah yang harus kita kelola dengan bijak untuk mendukung kesejahteraan dan ketahanan komunitas. Kita disini bukan mau merusak, tetapi ingin melestarikan”, ujar Anis Faisal Reza.
Seminar ini turut menghadirkan narasumber spesialis ekowisata berkelanjutan, yaitu Irwan Tamrin yang merupakan praktisi dan akademisi.
“Mahasiswa UMN ini memiliki inisiatif yang baik, jadi dengan inisiatif ini diharapkan warga juga terdorong untuk mau menjaga dan mengelola Hutan Dungus Ki Haji ini dengan bijak” ujar Irwan Tamrin.
Irwan Tamrin juga menyampaikan berbagai materi dan contoh nyata dari pengalamannya mengelola konsep ekowisata di berbagai daerah.
Acara dihadiri oleh Ketua RT Kampung Nagajaya, Abah Tohri, yang menyampaikan dukungan penuh masyarakat terhadap inisiatif ini. Ditambah lagi, konsep acara yang menyatu dengan alam, mulai dari lokasi hingga konsumsi menjadi simbol penting dalam mengedepankan keberlanjutan.
Dukungan dari Yayasan Kehati
Sebagai salah satu NGO biodiversitas terbesar di Indonesia, Yayasan Kehati turut memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan acara ini. Dengan misi melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia, Yayasan Kehati berkomitmen mendukung program-program yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal.
Dukungan ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadirkan solusi berkelanjutan untuk ekosistem dan ekonomi masyarakat.
Hari Kedua: Workshop Budidaya Lebah Madu
Pada Kamis, 5 Desember 2024, fokus kegiatan beralih pada pemberdayaan ekonomi warga melalui Workshop Budidaya Lebah Madu. Acara ini memberikan pelatihan teknis mengenai budidaya lebah madu yang mencakup pembuatan kotak lebah hingga praktik lapangan. Narasumber, Wandi S. Assayid, seorang pegiat komunitas dan akademisi USBR, memandu peserta dengan teknik yang mudah dipahami dan aplikatif.
“Budidaya lebah madu tidak hanya memberikan hasil ekonomi tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan,” ujar Wandi.
Workshop ini diikuti oleh 15 peserta lokal yang menunjukkan minat mendalam terhadap pelatihan tersebut.
Kegiatan dihadiri oleh Dian Kartika Sari, Kepala Bagian Administrasi PT Jasa Raharja cabang Banten, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UMN, dan sejumlah tamu undangan. Dian menekankan bahwa keterampilan baru seperti ini dapat menjadi langkah awal pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Dukungan Kolaboratif dan Harapan Masa Depan
Keseluruhan acara ini juga mendapat dukungan dari Jasa Raharja dan media partner SiagaBencana.com. Dengan pre-test dan post-test sebagai metode evaluasi, hasil kegiatan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman warga mengenai literasi lingkungan dan keterampilan yang diasah.
Revitalisasi Hutan Dungus Ki Haji melalui acara ini diharapkan menjadi awal dari inisiatif berkelanjutan yang tidak hanya memperkuat ekosistem, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga.
“Hutan Dungus Ki Haji adalah aset desa yang bisa menjadi fondasi bagi ketahanan lingkungan dan ekonomi masyarakat,” tutup Anis Faisal Reza.
Kegiatan tidak hanya menciptakan harmoni antara hutan dan kehidupan, tetapi juga menunjukkan kekuatan kolaborasi dalam menciptakan dampak nyata bagi masa depan. (cj/dh).