SERANG, (B1) – Sejumlah mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengalangi-halangi wartawan bahkan melarang wartawan untuk melakukan wawancara dengan Najwa Shihab yang menjadi pemateri pada Kegiatan Pengenalan Kampus (KPK) mahasiswa baru.
Pantauan di lokasi, Najwa yang sudah selesai menjadi pemateri pada kegiatan tersebut, akan menuju lokasi Rumah Dunia bersama Komunitas Motor Literasi (Moli) menjadi Narasumber diskusi, hendak diwawancarai beberapa wartawan dari media lokal, namun sayang benteng yang dibangun mahasiswa tidak membolehkan untuk wawancara.
“De saya mau wawancara dengan mba nana,” tanya Anwar salah satu wartawan media online lokal di Banten menanyakan kepada salah satu mahasiswa yang menbentengi Najwa Shihab.
Namun, mahasiswa malah ngotot melarang wartawan untuk melakukan wawancara, bahkan sempat terjadi adu mulut lantaran mahasiswa yang juga panitia kekeuh melarang untuk melakukan wawancara, yang berbeda jauh dengan Menteri Pemuda dan Olahrag (Menpora) Imam Nahrawi sangat mudah melakukan wawancara tanpa pengawalan mahasiswa.
“Itu mahasiswa susah amat dihalangi-halangi kita kan mau wawancara,” lanjut Anwar.
Merasa dilarang, sejumlah wartawan pun mengejar Najwa ke acara diskusi dengan Moli di rumah dunia.
Namun, setelah sesi diskusi selesai wartawan yang hendak wawancara dengan Najwa untuk kedua kalinya kembali dilarang oleh sejumlah anggota Moli.
Bahkan, Meghat salah satu wartawan media online di Banten sempat adu mulut lantaran hendak dihalangi saat akan mengambil gambar Najwa untuk wawancara, dan anggota Moli malah ngotot.
“Mas saya mau wawancara, sudah menunggu dan ngikutin dari Untirta, kenapa saya dilarang,” tanya Meghat kepada salah satu anggota Moli yang menghalangi wartawan.
Namun, jawaban yang tidak mengenakan wartawan telontar dari mulut anggota Moli.
“Saya anggota Moli, sudah cukup,” singkat dan menarik Najwa yang tengah diwawancarai sejumlah wartawan.
Hal ini membuat sejumlah wartawan merada kecewa dengan sikap mahasiswa dan komunitas Moli yang melarang profesi wartawan melakukan aktivitas kerja.
“Tentu kecewa, tidak menghargai profesi wartawan,” pungkas Meghat. (baehaqi).