SERANG, (B1) – Salah satu makam yang dianggap kramat karena di dalamnya terdapat kuburan seseorang yang terkenal kesaktiannya, kini menjadi salah satu destinasi pariwisata teranyar di Wilayah Kota Serang, yang semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Terletak di Kampung Drangong, Kelurahan Curugmanis, Kecamatan Curug, Kota Serang, wisata ziarah ‘Kapal Bosok’, terkenal sebagai suatu kawasan pemakaman yang didalamnya terdapat kuburan dari seseorang yang bernama Ki Angga Derepa.
Ki Angga Derepa diceritakan sebagai sosok yang memiliki kesaktian tinggi dan luar biasa. Bahkan beberapa sumber menyebutkan, asal-usul nama ‘Kapal Bosok’ sendiri muncul akibat kesaktian yang dimiliki oleh Ki Angga Derepa.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, suatu ketika, Sultan akan mengadakan kenduri (selamatan) pernikahan putrinya.
Untuk itu, Sultan memerintahkan kepada beberapa masyarakatnya untuk mencari dan membawa kayu bakar yang dibutuhkan sebagai bahan bakar untuk memasak.
Ki Angga Derepa disebutkan sebagai salah satu orang yang diminta untuk melakukan tugas tersebut dan beliaupun menyanggupinya.
Ketika acara hajatan di Kesultanan Banten sedang berlangsung, Ki Angga Derepa datang membawa kayu bakar pesanan Sultan.
Namun entah apa yang ada dipikiran Ki Angga Derepa, beliau bukannya membawa kayu bakar yang sudah dipotong-potong, Ki Angga Derepa dengan kesaktiannya justru membawa sebatang pohon kayu besar, lengkap dengan daun batang hingga akarnya, yang langsung dibawa dengan menggunakan pundak seorang diri ke kediaman Sultan.
Setibanya di tempat berlangsungnya hajatan, Ki Angga Derepa nampaknya tidak mengetahui bila dipohon yang ia bawa untuk jadi kayu bakar, terdapat sebuah lubang besar tempat persembunyian seekor macan/harimau.
Sehingga begitu pohon itu dijatuhkan oleh Ki Angga Derepa, macan/harimau didalam lubang pohon tersebut keluar dan masuk kedalam kerumunan tamu atau orang banyak yang tengah hadir merayakan pesta pernikahan putri Sultan.
Akibat kejadian tersebut, acara pernikahan putri Sultan berantakan karena para tamu dan undangan yang hadir panik berhamburan gara-gara seekor macan yang dibawa Ki Angga Derepa.
Sultan pun murka, kemudian memanggil para prajurit kesultanan untuk menangkap Ki Angga Derepa.
Setelah Ki Angga Derepa ditangkap, sesuai perintah Sultan, Ki Angga Derepa dihukum dengan cara didadung (diikat) di sebuah kapal laut dan ditinggalkan begitu saja.
Namun dengan kesaktiannya, Ki Angga Derepa akhirnya berhasil menarik kapal tersebut sampai tiba dan terdampar di Kampung Darangong, Desa Curugmanis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Propinsi Banten dan hingga saat ini, Kapal tersebut dibiarkan begitu saja di Kampung tersebut, hingga akhirnya membusuk karena dimakan waktu.
Oleh karena itu, tempat itu kini disebut sebagai makam Kapal Bosok, dimana kata bosok itu sendiri artinya busuk (bosok : Jawa) dan sampai saat ini, tempat itu terkenal dengan sebutan Kapal Bosok, dan menjadi tempat pemakaman keluarga.
Berdasarkan riwayat diatas, kini hampir setiap hari tempat tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Bahkan bagi anda yang mencoba berkunjung ke tempat ini dihari libur, anda membutuhkan waktu berjam-jam untuk tiba dilokasi akibat padatnya pengunjung yang datang, dan hal tersebut jika dikelola dan mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak, dinilai mampu meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Menanggapi hal tersebut, Walikota Serang Tb Haerul Jaman mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan kajian tentang destinasi pariwisata penziarahan Kapal Bosok.
Ia mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mengenai penataaan kawasan wisata Kapal Bosok, termasuk penataan infrastuktur dan keberadaan para pedagang di kawasan tersebut.
“Pemkot Serang sebenarnya masih terus memantau dari dulu sampai kemarin diresmikannya destinasi pariwisata penziarahan Kapal Bosok, dan ternyata diluar prediksi, kunjungan ke Kapal Bosok terus membludak setiap harinya,” ungkap Jaman, Senin (14/8/17).
Jaman menuturkan dalam penataan kawasan wisata Kapal Bosok, pihaknya akan bekerja sama dengan Pemerintahan Kecamatan dan Pemerintah Provinsi Banten agar penataan tempat tersebut bisa maksimal.
“Kami akan bekerja sama dengan Kecamatan Curug dan Provinsi Banten untuk melakukan penataan, mulai dari penataan jalan yang sekarang masih sempit, kemungkinan kedepan akan kami perlebar, sehingga ketika kunjungan membludak dipastikan tidak ada macet lagi. Namun jika semuanya diserahkan ke Pemkot Serang, kami tidak akan sanggup. Karena jika harus melakuka pelebaran jalan kan harus ada pembebasan lahan terlebih dahulu. Untuk itu perlu adanya kerjasama dalam menata hal ini,” jelasnya.
Berdasarkan hasil pantauan yang dilakukan Pemkot Serang, keberadaan pedagang dan sejumlah titik parkir di kawasan wisata Kapal Bosok masih terlihat kumuh.
Untuk itu, lanjut Jaman, supaya kawasan tersebut terlihat nyaman, pihaknya sesegera mungkin akan membahasnya didalam rapat-rapat dengan OPD.
Kemudian, dari informasi yang masuk ke Pemkot Serang, penghasilan parkir di tempat wisata itu mencapai Rp10 juta sampai Rp13 juta setiap tahunnya. (Arai)