SERANG, (B1) – Setelah sebelumnya sukses menggarap beberapa film bernuansa lokal, Kaleidoskop Creative Movie atau Kremov Pictures, kembali menggarap film sejarah yang mengangkat kearifan lokal Banten.
Film yang saat ini sedang dibuat oleh Kremov Pictures, bercerita tentang sosok Sultan Banten dari abad ke-16, yakni Sultan Ageng Tirtayasa.
“Tirtayasa itu sosok pahlawan Banten yang banyak dikenal oleh orang. Namun kebanyakan juga mereka hanya mengenal nama tanpa tahu kisah sejarahnya. Karena itulah kami angkat film tentang Sultan Ageng Tirtayasa,” ungkap Direktur dan CEO Kremov Pictures Darwin Mahesa, ditemui dilokasi shooting di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Minggu (13/8/17).
Untuk mendukung proses pembuatan film yang berjudul Tirtayasa-The Sultan of Banten ini, Darwin melibatkan salah satu aktor Nasional, Krisna Murti Wibowo.
“Untuk garapan film ini, kami melibatkan aktor nasional, seperti Krisna Murti Wibowo yang telah malang melintang di dunia film dan sinetron. Kemudian ada aktor bule yakni Claudio Hernan, dan aktor lokal Banten seperti Damanick Cahya, Tubagus Dian serta Selvy Kanesya yang merupakan anak-anak muda Banten yang mendampingi Krisna sebagai Sultan Ageng Tirtayasa,” ujarnya.
Sebelumnya, Darwin bersama timnya, membidik 4 (empat) kandidat aktor Nasional untuk memerankan Sultan Ageng Tirtayasa yakni Anjasmara, Fachri Albar, Mario Irwinsyah dan Krisna Murti.
Namun berdasarkan berbagai macam pertimbangan, karakter Krisna Murti dianggap sebagai kandidat paling cocok untuk memerankan sosok Sultan Ageng Tirtayasa di periode matang.
“Di Film yang kami produksi ini bercerita bahwa Sultan berusia 50 tahunan yang memiliki putra mahkota Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, karenanya saya merasa Krisna lebih cocok,” ucapnya.
Untuk lokasi shooting dalam film Tirtayasa-The Sultan of Banten ini, pihaknya mengambil beberapa lokasi di kawasan Banten Lama dan beberapa pulau yang ada di wilayah Banten.
Sayangnya, saat ditanya pulau mana yang rencananya akan dijadikan lokasi shooting, Darwin enggan menyebutkannya dikarenakan pihaknya ingin menawarkan kejutan akan keindahan alam yang ada di Banten, sehingga bisa mengangkat potensi pariwisata di Banten.
“Untuk lokasi shooting, selain mengambil kawasan Banten Lama, ada beberapa pulau yang rencananya akan kami gunakan. Namun untuk saat ini kami belum bisa menyebutkan, karena ini sengaja kami sembunyikan agar bisa menjadi sureprise bagi masyarakat nanti. Untuk kesulitan ada beberapa hal yang harus kami hadapi, seperti setting abad ke-16 itu seperti apa, mulai dari istana, pasar, sampai kapal layar.
Semuanya itu harus kami buat semaksimal mungkin, dan saya menyerahkan sepenuhnya kepada tim artistik Kremov Pictures untuk berkreasi,” ucapnya.
Selain menghadapi kendala untuk setting abad 16, pihaknya juga mengaku mengalami kendala seperti terbatasnya anggaran, dan banyaknya pungli dari beberapa oknum saat berada di lokasi shooting.
Padahal menurut pria asal Kota Cilegon ini, pihaknya sudah mengantongi izin resmi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP), beberapa tokoh budayawan dan ahli sejarah, sampai izin dari pihak Kesultanan Banten.
“Film ini ada 30 scene. Setiap adegannya cukup berat terutama di set lokasi, namun saya sangat bangga memiliki teman-teman kru yang sanggup berjuang siang malam untuk kesempurnaan adegan di film ini,” ucap pria yang pernah menimba ilmu perfilman di Selandia Baru.
Sebelumnya, Kremov Pictures telah melalui seleksi ketat dengan puluhan komunitas lain, agar terpilih untuk menggarap produksi film sejarah berjudul Tirtayasa-The Sultan Of Banten yang di fasilitasi oleh Direktorat Sejarah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemedikbud RI).
“Untuk penayangan secara nasional tentu menjadi urusan dari Kemendikbud yang memiliki hak produksi. Sebelumnya kami akan mengadakan screening khusus di XXI Cilegon,” tuturnya.
Dirinya berharap, film ini dapat diterima masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa agar mengenal pahlawan bukan sekedar nama, namun kisah sejarah perjuangannya pun dapat diketahui dengan baik dan ditiru semangatnya. (Arai).