PANDEGLANG, (B1) – Semarak Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Pandeglang ke 143, dimeriahkan oleh penampilan Wayang Ajen, Wawan Gunawan.
Acara yang digelar, Sabtu (6/5/17) malam, mendapatkan antusias yang luar biasa dari masyarakat pesisir pantai Karang Sari, Carita, Kabupaten Pandeglang.
Meski banyak masyarakat yang belum mengenal Wayang Ajen, namun ternyata, Wayang Ajen sudah dipentaskan di 50 negara.
“Wayang Ajen sudah main di 50 negara dan kita sangat dihargai diluar sana,” ungkap pencipta Wayang Ajen, Wawan Gunawan.
Meski pada penampilannya sang dalang (Wawan Gunawan) menggunakan Wayang Golek, dikatakan Wawan, antara Wayang Ajen dan Wayang Golek memiliki perbedaan seperti terlihat pada penataan panggung yang tidak hanya digunakan sebagai dekorasi atau pelengkap pertunjukan, namun memiliki nilai jual sebagai promosi agar menarik minat masyarakat untuk menyukai wayang.
Selain itu dalam memainkan lakonnya, Wayang Ajen memakai pendekatan multimedia dan teknologi.
“Panggung memakai teknologi. Konsep penataan wayang juga memakai teknologi. Selain itu, masyarakat bisa selfi dengan wayang di panggung Wayang Ajen,” ucapnya.
Dari segi lakon atau alur cerita yang dibawakan, Wayang Ajen mengikuti perkembangan zaman sehingga lakon yang dimainkan tidak hanya melulu bercerita tentang kisah-kisah lampau dalam dunia pewayangan, tapi juga terdapat sisipan mengenai hal yang sedang berlangsung dan viral saat ini.
“Sekarang ini kan sedang demam telolet itu kita sisipkan. Selain itu isu-isu mengenai penculikan anak dan hal lainnya yang sedang populer saat ini kita masukan didalam alur kisahnya,” jelasnya.
Melalui Wayang Ajen, Wawan berusaha mendekatkan wayang kepada masyarakat dan generasi muda.
“Dulu susah banget untuk bisa memegang wayang atau sekedar selfie. Hal-hal tersebut dianggap sakral sehingga tidak boleh sembarang orang untuk bisa dekat-dekat dengan wayang. Hal-hal seperti itu coba kita hilangkan agar wayang bisa disukai oleh generasi muda,” paparnya.
Lebih lanjut Wawan menjelaskan, kata Ajen berasal dari bahasa Sunda yang artinya nilai atau harga, dan Ngajenan sendiri artinya saling menghargai.
Wayang Ajen, lanjut Wawan, diciptakan oleh dirinya dan rekannya Arthur S Nalan pada tahun 1999 dan baru bisa dipentaskan setahun kemudian di tahun 2000.
Konsep pertunjukan Wayang Ajen sendiri merupakan pameran dan pariwisata sehingga masyarakat bisa leluasa untuk melihat lebih dekat dan mengenal tentang wayang itu sendiri.
“Sekarang sudah mulai banyak yang mengenal. Awalnya kita targetkan di 2025 masyarakat bisa mengenal wayang Ajen. Namun bila dilihat dari popularitas dan antusias masyarakat yang melihat, nampaknya target tersebut akan dicapai lebih cepat. Artinya itu ada lompatan-lompatan, keseriusan,” terangnya.
Wawan meminta masyarakat membuang jauh-jauh pemikiran yang menganggap wayang itu kampungan.
Untuk itu Wayang Ajen mempunyai tagline ‘Nonton Wayang Ajen Gaul, Tidak Nonton Wayang Ajen Tidak Gaul. (Baehaqi Rizal).