TANGERANG, (B1) – RS Siloam Hospitals Lippo Village Karawaci, Tangerang peringati hari Epilepsi Se dunia. Kegiatan diisi dengan menggelar seminar tentang “Kupas Tuntas Mitos dan Pengobatan Epilepsi ”.
Tujuannya agar penyandang epilepsi dan keluarga untuk berani tampil dan sekaligus meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap epilepsi.
Seminar di Siloam Hospitals Lippo Village menghadirkan, dr. Vivien Puspitasari Sp.S, dr Retno J. Ketaren Sp.S, dan dr. Irawati Hawan, Sp.S selaku Ketua YEI dan dr. Rocksy FV Situmeang, Sp.S selaku moderator.
Epilepsi adalah suatu gangguan fungsi listrik otak atau biasa disebut ‘korsleting’ yang ditandai oleh cetusan listrik pada sekelompok atau sebagian besar sel-sel otak, sehingga timbul perubahan perilaku sesaat dan berulang.
Dokter Spesialis saraf dr. Vivien Puspitasari Sp.S menyatakan, penyandang epilepsi penting untuk mendapatkan pengobatan secara teratur sehingga kejang yang diderita penyandang epilpesi bisa terkontrol. Dan dapat kembali mengembangkan potensi optimal mereka. Ia juga mengajak masyarakat untuk meluruskan persepsi penyakit epilepsy tidak menular.
“Epilepsi bukan penyakit menular. Jika ada orang kejang-kejang di sekitar Anda, segera beri pertolongan dengan menjauhkan dari barang-barang berbahaya. Dan jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penyandang epilepsi saat kejang, ” jelasnya.
Soal media, RS Siloam Hospitals akan melalukan pemeriksaan secara dini, seperti CT Scan dan sebagainya. Sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat bagi pasien epilepsi.
Spesialis Saraf Siloam Hospitals Lippo Village, dr Retno J. Ketaren Sp.S menjelasan, penyandang epilepsi yang mendapat terapi harus sesuai prosedur. Pasien dapat hidup secara normal dan mampu mengontrol kejang yang terjadi pada pasien.
“Penyandang epilepsi jangan dikucilkan dari pergaulan. Peran keluarga untuk mendorong tidak malu atau terbuka kepada penyandang epilepsi dapat mempercepat proses penyembuhan, dalam hal ini kejang yang terkontrol,” tukasnya.
Seminar Awam “Kupas Tuntas Mitos dan Pengobatan Epilepsi ” diikuti 100 peserta dari Jabodetabek. Selain ingin mendorong para penyandang epilepsi untuk jujur dan aktif dalam kehidupan sehari-harinya, dan juga menghimbau masyarakat untuk menghilangkan mitos negatif terhadap penyandang epilepsi. (bayu).